Tantangan dan Rintangan Dakwah Nabi Muhammad di Mekkah
Berikut merupakan beberapa tantangan dan rintangan yang dilalui Nabi Muhammad saw. selama melakukan dakwah di Makkah.
1. Tantangan dari Abu Lahab
Abu Lahab menolak seruan Rasulullah saw. untuk menyembah Allah Swt. ketika Rasulullah berdakwah kepada masyarakat Quraisy di Bukit Shafa. Abu Lahab menyatakan, "Celakalah engkau, wahai Muhammad! Apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?". Sebagai balasan atas sikapnya, Allah menurunkan surah al-Lahab ayat 1-5.
2. Ancaman dari Golongan Penguasa Makkah
Kelompok yang paling menolak dakwah Nabi Muhammad saw. adalah para pengusaha dan penguasa di Makkah. Mereka khawatir bahwa ajaran Nabi yang menekankan keadilan sosial dan kesetaraan akan mengganggu bisnis dan kekuasaan mereka. Mereka berupaya untuk memisahkan Nabi Muhammad saw. dari pamannya, Abu Thalib, yang sangat mendukungnya dalam menyebarkan dakwah. Meskipun menghadapi ancaman untuk menghentikan dakwahnya, Rasulullah saw. tetap teguh pada pendiriannya, dan pamannya terus memberikan dukungan.
3. Siksaan dari Kaum Kafir Quraisy
Kaum kafir Quraisy melakukan penyiksaan terhadap para pengikut Nabi Muhammad saw. Mereka dipukul, dicambuk hingga menghalangi kaum yang ingin beribadah haji dan melemparinya dengan kotoran.
Penyiksaan lainnya seperti yang dilakukan kepada Bilal bin Rabah yang tindih dengan batu panas. Kemudian penyiksaan kepada keluargga Ammar bin Yasir. Abu Jahal menendang dan menyiksa Yasir hingga mati sahid. Setelah membunuh ke dua orang tua Ammar, Abu Jahal mendatangi Ammar bin Yasir dan berkata, “Wahai Amar, kau telah melihat ayah dan ibumu aku siksa. Aku akan membunuhmu lebih hebat daripada ayah dan ibumu. Aku akan bakar dan kuliti tubuhmu.
4. Hijrah ke Abessinia (Habasyah)
Kaum Quraisy tidak hanya menentang dakwah Nabi Muhammad saw., tetapi juga mengancam dan bertindak kejam terhadap para pengikut beliau. Oleh karena itu, Nabi saw. memerintahkan agar para pengikutnya melakukan hijrah ke Habasyah untuk mencari perlindungan di bawah naungan Raja Najasy. Raja Najasy menerima mereka dengan penuh keterbukaan.
5. Pemboikotan Bani Hasyim (Keluarga Nenek Moyang Rasulullah)
Kaum kafir Quraisy menganggap kalau kuatnya kedudukan kaum muslim adalah karena perlindungan Bani Hasyim. Oleh karena itu, mereka memboikot Bani Hasyim dengan menghentikan hubungan dalam jual beli maupun pernikahan dan sosial dengan seluruh penduduk Makkah, di mana persetujuan ini telah ditandatangani bersama dan digantung di Ka'bah sehingga menyebabkan Bani Hasyim menderita selama 3 tahun.
Pemboikotan dimulai pada bulan Muharam tahun ke-7 kenabian/616 M. Isi piagam pemboikotan ini antara lain:
- Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam.
- Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam.
- Mereka tidak akan berjual beli dengan orang Islam.
- Mereka tidak akan berbicara dan menengok orang Islam yang sakit.
- Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang Islam, sehingga mereka menyerahkan Nabi Muhammad saw untuk dibunuh.
Akibatnya, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tiada bandingnya saat itu. Hingga akhirnya pemboikotan tersebut berhenti setelah beberapa pemimpin kaum Quraisy merasa tindakan itu sangat keterlaluan.
6. Meninggalnya Istri dan Paman Nabi SAW (Tahun Kesedihan)
Setelah berakhirnya masa pemboikotan terhadap Bani Hasyim pada tahun kesepuluh kenabian, paman Nabi Muhammad saw. meninggal dunia pada usia 87 tahun. Tiga hari setelahnya, istri beliau, Khadijah, juga wafat. Tahun tersebut dikenal sebagai 'amul huzn. Meskipun menghadapi kehilangan yang mendalam, beliau tetap menunjukkan ketabahan dan kesabaran, serta melanjutkan dakwahnya hingga meraih kemenangan yang tak terduga. Oleh karena itu, perjuangan beliau patut dicontoh, karena tidak mengenal lelah. Perjuangan tersebut mengarah pada kemenangan, kesabaran, keberhasilan, dan kebahagiaan. Peran Rasulullah saw. dalam perjuangan ini layak dijadikan teladan bagi seluruh umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar